Kata Indah dalam Bahasa Indonesia yang Jarang Digunakan - Kumpul & Sebar Informasi Terbaik
cM9vM9MirM26dfTAuyWFIhBz8OA7shffomJEZPKZ
Bookmark

Kata Indah dalam Bahasa Indonesia yang Jarang Digunakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada banyak kata yang tercatat berasal dari bahasa sansekerta untuk menjelaskan suatu situasi atau kondisi. Kata-kata itu masih sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh penutur bahasa Indonesia, padahal sangat indah untuk diucapkan atau didengarkan.

Kata Indah dalam Bahasa Indonesia

Kata-kata sansekerta aesthetic dan indah yang terdengar puitis dalam daftar ini sangat sering digunakan dalam bait puisi. Beberapa orang juga kadang memilihnya menjadi Nama bayi baru lahir atau suatu tempat. Namun, kata-kata indah itu jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari karena tidak banyak yang mengetahui artinya.

Kata Sansekerta yang Indah Dalam Bahasa Indonesia

Ada banyak kata dalam penuturan bahasa Indonesia yang harusnya digunakan untuk menggambarkan sebuah situasi tapi masih sangat jarang digunakan padahal sangat indah bila dituturkan.

Berikut kumpulsebar rangkum beberapa kata indah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI, versi pemutakhiran terakhir: Oktober 2023.

Istilah dalam artikel:
  • a. Adjectiva: kata yang menjelaskan nomina atau promina
  • adv. Adverbia: kata yang menjelaskan verba, adjektiva, adverbia lain, atau kalimat
  • ark. Arkais: menandai kata yang tidak lazim
  • jw. Jawa: -
  • kl. Klasik: menandai kata yang digunakan dalam kesusastraan Melayu Klasik
  • ling. Linguistik: -
  • n. Nomina: kata benda
  • skt. Sansekerta: -

AMERTA

kata sansekerta aesthetic
Amerta /amer·ta/ n. kl. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Amerta:
1 - tidak dapat mati; 2 - abadi; 3 - tidak terlupakan

Kata "amerta" berasal dari bahasa Sansakerta, dalam sastra klasik melayu kata Amerta sering digunakan untuk mengungkapkan keabadian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata amerta mempunyai arti "tidak dapat mati", "abadi", atau "tidak terlupakan".

Dalam mitologi Hindu dan Buddha, amerta (atau amá¹›ta dalam Dewanagari) adalah minuman yang memberikan keabadian bagi para dewa. Epistomologi kata amerta dari kata "merta" yang berarti maut, sedangkan "amerta" secara harfiah adalah ke-tidak-mati-an.

Penggunaan Kata Amerta Dalam Berbagai Konteks

Penggunaan kata "amerta" dalam bahasa Indonesia biasanya terkait dengan konsep keabadian atau sesuatu yang tidak terlupakan. Misalnya, dalam konteks sastra atau puisi, kata ini bisa digunakan untuk menggambarkan cinta yang abadi atau kenangan yang tidak akan pernah hilang.

Konteks Sejarah. Kata amerta sering digunakan untuk menggambarkan konsep keabadian atau sesuatu yang memiliki nilai sejarah yang tak terlupakan. Misalnya, dalam penulisan sejarah atau sastra, Amerta bisa digunakan untuk menggambarkan perjuangan para pahlawan yang abadi dalam ingatan bangsa atau warisan budaya yang tetap hidup sepanjang masa.

Konteks Sastra dan Puisi. Dalam karya sastra dan puisi, kata "amerta" sering digunakan untuk menggambarkan keabadian cinta, kenangan, atau perjuangan. Misalnya, dalam puisi yang menggambarkan perjuangan pahlawan, kata ini bisa digunakan untuk menekankan bahwa jasa mereka akan selalu dikenang.

Nama Tempat atau Institusi. Beberapa tempat atau institusi di Indonesia menggunakan kata "amerta" dalam namanya untuk menekankan nilai keabadian atau pentingnya tempat tersebut. Contohnya, “Taman Amerta” bisa merujuk pada taman yang diharapkan menjadi tempat yang abadi dan selalu dikenang oleh masyarakat.

Upacara Adat dan Ritual. Dalam beberapa upacara adat dan ritual, kata "amerta" bisa digunakan untuk menggambarkan elemen-elemen yang dianggap suci dan abadi. Misalnya, air suci yang digunakan dalam upacara bisa disebut sebagai "air amerta" yang melambangkan kesucian dan keabadian.

Penggunaan kata "amerta" dalam konteks ini menekankan aspek keabadian dan pentingnya sesuatu dalam sejarah atau budaya yang tidak akan pernah dilupakan.

Dalam Legenda, Garuda meminum Tirtha Amerta untuk mendapatkan keabadian, Tirtha Amerta adalah air suci yang memberikan kehidupan yang abadi.

Kisah mitologi itu menunjukkan bagaimana kata "amerta" digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan keabadian atau kehidupan yang abadi.

ARUNIKA

kata sansekerta aesthetic yang jarang dipakai
Arunika /a.ru.ni.ka/ skt. ling. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Arunika:
seberkas cahaya matahari setelah terbit di pagi hari.

Arunika adalah kata yang diambil dari bahasa klasik dan memiliki beberapa makna yang menarik. Dalam bahasa Hindu,  Arunika berarti "Merah". Sedangkan dalam bahasa indonesia yang mengadaptasi dari bahasa sansekerta,  Arunika adalah "cahaya merah hampir jingga ketika matahari terbit atau terbenam".

Penggunaan Kata Arunika Dalam Berbagai Konteks

Sebagai salah satu kata sansekerta yang aesthetic, "Arunika" sering dugunakan sebagai nama bayi karena penyebutan dan artinya yang indah. Dalam banyak budaya, nama Arunika dianggap sebagai simbol optimisme, pembaruan, dan kehidupan baru.

Arti nama Arunika berarti fajar atau cahaya pagi. Fajar melambangkan awal baru, kebangkitan, dan harapan baru. Kata sansekerta yang indah sehingga nama Arunika sering dugunakan untuk mendoakan si anak membawa cahaya dan inspirasi dalam kehidupan orang yang memilikinya.

Kata sansekerta aesthetic ini serupa dengan kata-kata seperti syafak, fajar shadiq, atau sunrise.

ASMARALOKA

kata sansekerta aesthetic yang jarang dipakai
Asmaraloka /as·ma·ra·lo·ka/ n. kl. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Asmaraloka:
dunia (alam) cinta kasih.

Asmaraloka adalah kata yang berasal dari bahasa klasik dan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Asmaraloka merupakan salah satu dari sekian banyak kata sansekerta tentang cinta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara baku arti "Asmaraloka" adalah dunia atau alam cinta kasih. Kata ini mengandung nuansa keabadian dan ketidakmatian, terutama dalam konteks cinta yang abadi.

Asmaraloka tidak memiliki epistemologi yang khusus, karena ini lebih merupakan konsep sastra dan spiritual daripada pengetahuan ilmiah. Namun, dalam mitologi dan sastra, asmaraloka menggambarkan dunia di mana cinta dan kasih abadi bersemayam.

Penggunaan Kata Asmaraloka Dalam Berbagai Konteks

Puisi dan Sastra: Kata ini sering digunakan dalam puisi, cerita, atau lagu untuk menggambarkan keindahan cinta yang tak terlupakan. Misalnya, "Kau dan aku, menuju Asmaraloka. Tanpa siapapun yang mengganggu."

Konteks Spiritual: Dalam pandangan spiritual, asmaraloka bisa merujuk pada dimensi di luar dunia fisik, tempat cinta dan kasih abadi berada.

Jadi, "Asmaraloka" adalah kata yang menggambarkan dunia cinta yang abadi dan tak terlupakan.

KLANDESTIN

kata sansekerta aesthetic
Klandestin /klan·des·tin/ adv. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Klandestin:
secara rahasia; secara gelap; secara diam-diam: penyelidikan.

Klandestin adalah kata sansekerta aesthetic yang jarang dipakai, berasal dari bahasa klasik dan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Arti Kata Klandestin secara baku adalah kerahasiaan, yang bisa berarti "secara diam-diam", "secara gelap", atau "secara rahasia".

Klandestin tidak memiliki epistemologi yang khusus, karena ini lebih merupakan konsep linguistik daripada pengetahuan ilmiah. Namun, dalam konteks bahasa, kata ini menggambarkan cara tindakan dilakukan dengan ketidakjelasan atau kegelapan.

Penggunaan Kata Klandestin Dalam Berbagai Konteks

"Kasus KKN adalah perilaku yang konstruktif, penyelidikannya harus secara klandestin."

Kata ini mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan dengan kerahasiaan atau tanpa diketahui banyak orang. Jadi, klandestin mengandung makna kerahasiaan dan ketidakdiketahuiannya.

LEMBAYUNG

kata sansekerta aesthetic yang jarang dipakai
Lembayung /lêm.ba.yung/ n. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Lembayung:
warna merah bercampur ungu.

Lembayung adalah kata yang memiliki makna yang indah dan sering digunakan dalam sastra, terutama puisi. Lembayung juga salah satu kata sansekerta tentang cinta yang selalu digunakan dalam lirik lagu

Arti Kata Lembayung dalam kamus adalah cahaya warna yang muncul di antara langit di sebelah barat dan langit di sebelah timur ketika matahari sedang tenggelam atau terbit. Secara sederhana, lembayung adalah fenomena optik yang terjadi ketika cahaya matahari terpecah oleh atmosfer dan menuju ke bumi.

Bagaimana Lembayung Terbentuk?

Meskipun sederhana, ada proses di balik keindahan lembayung. Ketika matahari hampir tenggelam atau terbit, cahayanya melewati lebih banyak lapisan atmosfer.

Cahaya merah dihasilkan ketika bagian warna lainnya yang lebih pendek disaring dan terserap oleh udara. Hasilnya, kita melihat warna yang sangat indah, yang kita sebut lembayung.

Penggunaan Kata Lembayung Dalam Berbagai Konteks

Penggunaan kata lembayung dalam bahasa Indonesia sering kali bersifat puitis dan estetis. Contoh penggunaan yang tepat meliputi:

  • Deskripsi Alam: "Langit sore itu dipenuhi warna lembayung yang memukau."
  • Simbolisme: "Lembayung senja melambangkan akhir yang indah dari sebuah hari."
  • Nama Tumbuhan: "Di taman itu tumbuh lembayung dengan bunga ungunya yang cantik."

Selain keindahan alamiahnya, banyak orang menganggap lembayung memiliki makna yang lebih dalam. Beberapa menganggapnya sebagai simbol kebahagiaan, kemakmuran, atau transisi antara dua hal yang berbeda (seperti transisi antara siang dan malam).

Sebagai kata sansekerta yang indah, ada Lembayung juga dimaknai dalam banyak jenis; tergantung pada waktu dan kondisi atmosfer. Ada lembayung merah, kuning, oranye, ungu, dan bahkan hijau.

Khusus di Indonesia dan juga Meksiko, Lembayung hijau menjadi pemandangan istimewa karena tidak terjadi dibelahan dunia lain.

Jadi, lembayung adalah kata yang menggambarkan keindahan senja dan memiliki makna yang lebih dalam.

NIRMALA

kata sansekerta aesthetic
Nirmala /nir·ma·la/ kl. a. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Nirmala:
tanpa cacat cela; bersih; suci; tidak bernoda.

Kata Nirmala berasal dari bahasa Sanskerta, yang secara harfiah berarti "murni" atau "tanpa noda". Dalam bahasa Sanskerta, "nir" berarti "tanpa" dan "mala" berarti "kotoran" atau "noda". Oleh karena itu, nirmala menggambarkan sesuatu yang bersih, jernih, dan tidak tercemar oleh hal-hal negatif.

Nirmala merupakan salah satu kata sansekerta untuk nama yang sering digunakan. Dalam kitab-kitab suci Hindu dan Buddhis, kata Nirmala digunakan untuk menggambarkan kesucian dewa-dewi, tempat suci, atau seseorang yang memiliki hati yang bersih dan tulus.

Penggunaan Kata Nirmala Dalam Berbagai Konteks

Penggunaan kata "nirmala" dalam bahasa Indonesia sering kali merujuk pada sifat-sifat positif seperti kemurnian, kebersihan, dan keindahan. Kata ini dapat digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam aspek spiritual. Misalnya:

  • Nama Orang: Banyak orang di Indonesia, terutama di Bali, menggunakan nama "Nirmala" untuk menggambarkan kepribadian yang bersih dan murni.
  • Deskripsi Sifat: "Hatinya nirmala, selalu berpikir positif dan tidak pernah menyimpan dendam."
  • Konsep Spiritual: Dalam meditasi, tujuan akhirnya adalah mencapai kondisi mental yang nirmala, yaitu pikiran yang bersih dan bebas dari gangguan.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Nirmala /nir·ma·la/ tanpa cacat cela; bersih; suci; tidak bernoda.

PANCARONA

kata sansekerta aesthetic yang jarang dipakai
Pancarona /pan.ca.ro.na/ n. kl. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Pancarona:
bermacam-macam warna; pancawarna.

Pancarona adalah kata yang berasal dari bahasa klasik dan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Pancarona menggambarkan keragaman dan keindahan yang dihasilkan dari kombinasi berbagai warna. Ini bisa diartikan sebagai simbol keanekaragaman dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari.

Arti Kata Pancarona Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti bermacam-macam warna atau biasa disebut pancawarna. Kata ini menggambarkan sesuatu yang memiliki banyak warna atau variasi warna.

Penggunaan Kata Pancarona Dalam Berbagai Konteks

  • Sastra dan Puisi: Kata pancarona sering digunakan dalam puisi dan sastra untuk menggambarkan keindahan alam atau sesuatu yang penuh warna. Misalnya, "Langit senja itu memancarkan pancarona yang memukau."
  • Deskripsi Seni: Dalam konteks seni, pancarona bisa digunakan untuk menggambarkan karya seni yang penuh dengan variasi warna. Misalnya, "Lukisan itu menampilkan pancarona yang memikat mata."
  • Budaya dan Tradisi: Kata ini juga bisa digunakan untuk menggambarkan keragaman budaya dan tradisi. Misalnya, "Festival ini adalah perayaan pancarona budaya Indonesia."

SANDIKALA

kata sansekerta aesthetic
Sandikala /san.di.ka.la/ n. jw. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Sandikala:
senja kala; campuran warna merah, kuning, dan jingga yang terlihat saat matahari terbenam.

Sandikala cahaya merah saat senja. Berasal dari bahasa jawa. Sandikala adalah istilah dari kata sansekerta aesthetic yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata ini berasal dari dua kata Sanskerta: "sandi" yang berarti "pertemuan" atau "transisi" dan "kala" yang berarti "waktu" atau "periode."

Sandikala secara harfiah berarti "waktu peralihan" atau "masa transisi."

Arti dan Epistemologi Sandikala merujuk pada kata sansekerta senja, yaitu periode transisi antara siang dan malam. Dalam konteks budaya dan spiritual, sandikala sering dianggap sebagai waktu yang penuh dengan energi mistis dan perubahan atmosfer.

Di Bali, misalnya, sandikala adalah waktu yang dianggap sakral dan penuh dengan makna spiritual. Pada saat ini, masyarakat Bali biasanya melakukan ritual untuk melindungi diri dari energi negatif yang diyakini muncul pada waktu tersebut.

Penggunaan Kata Senandika Dalam Berbagai Konteks

Penggunaan kata sandikala dalam bahasa Indonesia umumnya merujuk pada waktu senja atau saat matahari terbenam. Contoh kalimat yang tepat adalah:

"Kami menikmati keindahan sandikala di pantai."

"Pada saat sandikala, suasana desa menjadi sangat tenang dan damai."

Sandikala juga dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas untuk menggambarkan periode transisi atau perubahan dalam kehidupan seseorang atau situasi tertentu. Misalnya:

"Dia sedang berada dalam sandikala karirnya, mencari arah baru setelah bertahun-tahun bekerja di bidang yang sama."

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Sandikala /san.di.ka.la/ senja kala; campuran warna merah, kuning, dan jingga yang terlihat saat matahari terbenam; layung; mambang kuning.

SENANDIKA

kata sansekerta aesthetic yang jarang dipakai
Senandika /sê.nan.di.ka/ n. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Senandika:
ungkapan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam.

Senandika atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai "soliloquy" adalah sebuah bentuk karya sastra di mana seorang tokoh berbicara dengan dirinya sendiri. Kata ini berasal dari bahasa klasik dan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Arti kata Senandika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah wacana seorang tokoh dalam karya sastra yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, firasat, atau konflik batin yang paling dalam

Epistemologi Senandika berakar dari tradisi sastra klasik, terutama dalam drama, di mana monolog ini sering digunakan untuk memberikan wawasan mendalam tentang karakter dan motivasinya.

Penggunaan Kata Senandika Dalam Berbagai Konteks

Senandika sering digunakan dalam konteks drama, tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk tulisan seperti puisi atau prosa pendek. Penggunaannya yang tepat adalah ketika penulis ingin menyampaikan konflik batin atau perasaan mendalam dari tokoh secara langsung kepada pembaca atau penonton, tanpa interaksi dengan tokoh lain.

Ciri-ciri Senandika

  • Sudut Pandang Orang Pertama: Senandika selalu menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu "aku" untuk menyampaikan pergulatan batin tokoh.
  • Bukan Tulisan Panjang: Biasanya, senandika tidak panjang, hanya sekitar 300-500 kata.
  • Permainan Diksi: Senandika sering menggunakan pilihan kata yang cermat dan indah untuk menggambarkan kompleksitas perasaan.
  • Menyentuh Perasaan: Karya ini mampu menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan pembaca atau pendengar.

WIYATA

kata sansekerta aesthetic
Wiyata /wi.ya.ta/ n. ark. jw. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Wiyata:
pengajaran; pelajaran.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Wiyata berasal dari bahasa Jawa klasik yang berarti pengajaran atau pendidikan. Dalam konteks bahasa Indonesia, Wiyata sering digunakan dalam istilah "Wawasan Wiyata Mandala" yang merujuk pada konsep pendidikan di lingkungan sekolah

Epistemologi kata Wiyata berakar dari tradisi pendidikan dan pengajaran di Jawa. Kata ini mencerminkan nilai-nilai pendidikan yang mendalam dan holistik, di mana pendidikan tidak hanya dilihat sebagai transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pembentukan karakter dan moral.

Penggunaan Kata Wiyata Dalam Berbagai Konteks

Penggunaan kata "Wiyata" yang tepat biasanya dalam konteks pendidikan dan pengajaran. Misalnya:

  • Wawasan Wiyata Mandala: Konsep ini menggambarkan sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang holistik, di mana semua elemen sekolah bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.
  • Program Wiyata: Program pendidikan atau pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta.

Kata Sansekerta Aesthetic yang Jarang Dipakai

SAUJANA

Saujana sejauh mata memandang.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Saujana /sau·ja·na/ n, mata (memandang) sejauh mata memandang; sepemandangan mata jauhnya.

Saujana /sau·ja·na/ Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Saujana:
mata (memandang); sejauh mata memandang; sepemandangan mata jauhnya.

SWASTAMITA

Swastamita pemandangan indah saat matahari terbenam.

kata sansekerta senja
Swastamita /swas.ta.mi.ta/ Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Swastamita:
pemandangan indah saat matahari terbenam.

Itulah daftar kata indah bahasa indonesia yang jarang digunakan oleh penutur masa kini. Kebanyakan berasal dari bahasa sangsakerta dan sering digunakan pada kesusastraan melayu klasik. Kalau ada tambahan silahkan beri tambahan di komentar.

0

Post a Comment